Thursday, May 30, 2013

motor kreditan






kredit motor? Ini menjadi suatu tren sekarang ini. Peningkatan jumlah sepeda motor dalam beberapa tahun belakangan ini memang cukup menggembirakan bagi masyarakat yang berada di daerah dengan sarana transportasi yang belum memadai. Kehadiran motor bisa mempercepat pergerakan barang dan jasa yang berbuntut pada kemajuan ekonomi. Akan tetapi apakah yang sesungguhnya terjadi di balik kemajuan tersebut??
Saya sudah cukup sering berbincang-bincang dengan para pemilik motor. Tetapi hampir sebagian besar pemilik motor yang saya temui ternyata memiliki motor dengan cara kredit. Awalnya saya berpikir bahwa sungguh bagus ada orang yang mau memberikan kredit motor kepada masyarakat kecil yang miskin. Dalam bayangan saya, dengan bantuan kredit motor seperti ini, orang-orang miskin yang kesulitan mendapatkan akses pada sarana transportasi untuk mobilitasnya membawa barang dagangan dari desa di pegunungan ke pasar akan sangat terbantu dengan adanya kemudahan memiliki motor. Kredit motor rasanya akan memudahkan masyarakat miskin untuk beranjak perlahan menuju keadaan ekonomi yang lebih baik karena hasil perkebunannya bisa lebih mudah diperjualkan. Selain itu, kredit motor memberikan suatu kesempatan bagi banyak orang untuk memiliki pekerjaan sebagai tukang Ojek. Ini jelas menghidupkan perekonomian.
Namun sayang.
Di balik bayangan indah di pikiran saya,saya akhirnya menemukan bagaimana kehidupan masyarakat kecil yang miskin itu ternyata semakin ditekan. Motor kredit tidak lagi seperti dalam bayangan saya. Motor kredit lebih menjadi alat eksploitasi. Bagaimana mungkin?
Bayangkan saja motor seharga Rp 13 Jutaan bisa menjadi Rp 23 jutaan jika kredit. Selisihnya sekitar Rp 8 Jutaan hingga belasan jutaan. Fantastis kan? Eksploitasi yang tak terlalu kelihatan. Keuntungan yang terlalu mencekik hidup masyarakat kecil yang sudah miskin melarat. Mungkin dengan cicilan sebesar Rp 500.000 an ribu per bulan, kita melihatnya cukup kecil dan sangat membantu. Tetapi coba kita singkirkan sepintas angka itu, dan alihkan pikiran pada tukang ojek pemilik motor kredit. Penghasilan sehari untuk tukang ojek di wilayah kota Maumere berkisar antara Rp 10.000 hingga Rp 70.000. Kita ambil rata-rata penghasilan tukang ojek sekitar Rp 40.000 sehari. Penghasilan ini tergantung keadaan, jika hujan maka penghasilan tukang ojek pasti sangat sedikit. Akan tetapi uang yang didapat ini mesti disisihkan untuk membeli bensin, kita perkirakan sekitar Rp 15.000 sehari (Sisa Rp 25.000). Kalau si tukang ojek harus membayar cicilan motor per bulan sebesar Rp 500.000, maka setiap hari ia harus menyisihkan uang sebesar minimal sekitar Rp 16.000. Maka uang yang tersisa untuk membiayai hidup sekitar Rp 9.000. Kalau tukang ojek tersebut masih bujang, maka uang tersebut hanya pas untuk sekali makan, tetapi kalau sudah berkeluarga maka sepiring nasi mesti dibagi untuk istri dan anak.
Hitungan ini masih sangat kasar dan masih bisa diperdebatkan. Tetapi, kurang lebih seperti itulah pendapatan bersih seorang tukang ojek dengan motor kredit. Tentu saja pendapatannya akan semakin berkurang jika kita harus menghitung pengeluarannya untuk keperluan motor lainnya seperti untuk tambal ban (memang ini jarang terjadi), kemudian untuk mengganti Oli atau biaya perawatan motor lainnya.
Kalau kita menghitung lagi dengan keadaan jalan yang sangat buruk, maka ketika kredit motor tersebut telah lunas, keadaan motor pun sudah sangat jauh dari baik. Belum lagi kalau kita harus memperhitungkan kesehatan sang ojek yang setiap hari harus berhadapan dengan angin dan panasnya mentari. Belum lagi getaran yang semakin berat dipengaruhi oleh kondisi jalan yang buruk
Dalam keadaan seperti itu, masih wajarkan keuntungan jutaan rupiah yang diperoleh pemberi kredit motor????
Film ini menggambarkan sedikit dari realitas tersebut.



No comments: