Oleh; Leo Kleden
(Kompas, 12 Agustus 2007)
Dengan hati-hati sekali engkau mengambil bunga kecil dari halaman gereja tua
di Geneva dan mengirimnya untukku, dalam suratmu dulu, pada awal musim
semi. Dengan hati-hati sekali aku menanam bunga itu di antara lembar-lembar
Alkitab dan menyiramnya dengan doaku yang sunyi. Saban kali kurasa rindu aku
membuka halaman Firman dan menemukan lagi musim semi di bukit-bukit dan
lembah-lembah, semerbaknya sampai ke relung jiwa.
Sejak kau pergi tanpa berita, hilang lenyap dalam lupa, dengan alamat sebuah
dusta, aku membuka kembali Alkitab, mencari-cari bunga kecil dari halaman
gereja Geneva. Yang kutemukan bau bangkai, keranda rindu, bunga mati. Di
halaman gereja tertimbun sampah musim gugur.