Friday, November 15, 2013

Manggarai Pernah Miliki 6 Raja

catatan: tulisan ini merupakan tulisan wartawan Harian Umum Flores Pos, Christo Lawudin pada halaman 16 Flores Pos edisi Jumat 15 November 2013.

Sesuai dengan sejarah pemerintahan di Manggarai, awalnya wilayah ini diperitah oleh raja. Ada 6 raja yang pernah memerintah Manggarai, yakni Lanur, Sehak, Lontar, Tamur, Nambuk, dan Barut.

Sesuai dengan kopian sejarah singkat Manggarai yang dibacakan sepanjang perjalanan napak tilas sejarah dan budaya yang diperoleh wartawan di Ruteng dari Pjs Keuta Kwartir Cabang Pramuka Manggarai, Kon Mitang, Senin (11/11), Manggarai memiliki strutur pemerintahan kerajaan. Ada enam raja yang pernah memerintah Manggarai, yakni raja Lanur dari Wudi di Kecamatan Cibal, lalu raja Sehak dari Ntala Ruteng, Raja Lontar yang dijuluki Melondek dari Kampung Cabo di Cibal, Raja Tamur dari TOno, Kecamatan Satar Mese Barat, raja Ngambut dan Raja Barut dari TOdo.

Pada masa Raja Lontar, Manggarai dibagi dalam bentuk dalu semacam kecamatan sekarang ini. Ada 37 Dalu, yakni Ruteng, Rahong, Ndoso, Kolang, Pongkor, Poco, Leok, SIta TOrok, GOlo, Rongga Koe, Kempo, Rajong, Manus, Riwu, Ndehes, Cibal, Lambaleda, Reok Congkar, BIting, Rembong, Pota, Ruis, Mata Wae, Mburak, Welak, Wontong, Lelak, Todo, Bajo, Nggorang, dan Raju.

"Perkembangan selanjutnya, Manggarai punya kepala daerah atau bupati yakni Klorus Hambur, Frans Sales Lega, Frans Dula Burhan, Gaspar Ehok, Antony Bagul Dagur, dan Chris ROtok," kata Kon Mitang di hadapan peserta Napak Tilas.

Sejarah berikutnya, Manggarai dimekarkan dan terbentuklah Manggarai Barat tahun 2003 dan Manggarai Timur tahun 2007. Namun, pemekaran tersebut hanya bersifat administrasi pemerintahan. Tanah Manggarai tetap satu sebagai tanah mbate dise ame (warisan leluhur) dengan spirit lonto leok bantang cama reje leleng (musyawarah mufakat).

Sedangkan nenek moyang orang Manggarai berasal dari Sumatera Barat yang berawal dari kedatangan Empo Masur, keturunan raja Luwu ke tanah Nuca Lale atau Lale Lombong. Kehadirannya mengubah nama tempat yang didatanginya, yakni Nuca Lale menjadi Manggarai. Manggarai sendiri berasal dari kata Manggar dan Rai. Manggar adalah batu yang dibawa Empo Masur yang berfungsi sebagai watu jangkar (batu untuk menahan) wangka (perahu) untuk berhenti. Lalu, Rai berasal dari kata watu rai (batu asah). Kedua kata dari batu tersebut menjadi dasar pemberian nama Manggarai.

Wily Grasias mengatakan, menarik menelusuri sejarah Manggarai sejak dahulu hingga sekarang. Cukup banyak buku yang telah diterbitkan para cerdik cendikia untuk mengungkapkan sejarah, budaya, dan pahlawan di Manggarai. BUku-buku telah mendokumentasikan sejarah Manggarai.